Selasa, 01 Maret 2011

UJIAN NASIONAL 2011 (071)

Ujian Nasional (UN) merupakan istilah bagi penilaian kompetensi
perserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.Berbagi polemik yang berkepanjangan mengenai Ujian
Nasional di Indonesia tampak baik bagi demokrasi di negeri ini. Tapi
satu hal yang jangan terlupa bahwa siswa perseta UN jangan sampai
dibuat ragu atau takut tentang kepastian Ujian Nasional sebagai sarana
untuk mengukur kemampuan mereka di bangku sekolahnya.

Senin, 21 Februari 2011

Ada ‘garis oli’ jelas saat kita mengapresiasi karya-karya Rudi ‘The Lucky Boy’ Sudjono dari Flying Piston Garage (FPG), Bandung. Ia selalu bepatokan sisi fungsi, harus friendly use dalam artian nggak menyiksa rider.

Jarang merancang motor rake centang, drag bar ekstrem yang membuat pinggang tertarik. Pijakan kaki juga dirancang enak untuk daily riding atau turing.


Dihiasi ornamen mobil tahun 50-an
Dari sisi estetika, FPG juga punya patokan desain ’golden moment’ era 50-60-an. ”Kami istilahkan traditional choppers!” kata Rudi yang sering jeje’el ke Jepang melihat desapn Jap’s di sana.Ada ‘garis oli’ jelas saat kita mengapresiasi karya-karya Rudi ‘The Lucky Boy’ Sudjono dari Flying Piston Garage (FPG), Bandung. Ia selalu bepatokan sisi fungsi, harus friendly use dalam artian nggak menyiksa rider.

Jarang merancang motor rake centang, drag bar ekstrem yang membuat pinggang tertarik. Pijakan kaki juga dirancang enak untuk daily riding atau turing.


Dihiasi ornamen mobil tahun 50-an
Dari sisi estetika, FPG juga punya patokan desain ’golden moment’ era 50-60-an. ”Kami istilahkan traditional choppers!” kata Rudi yang sering jeje’el ke Jepang melihat desapn Jap’s di sana.

Selain itu mereka juga punya sentuhan individual. Suka sekali memilih part tambahan dari barang junk yard terutama komponen mobil kuno.

Dari pertimbangan itulah, Bro Hartoko asal Surabaya melirik FPG. ”Kami share padanya motor balap era 30-an namum mewah dan cocok dipakai di jalanan!” cerita cowok doyan pakai topi ala Glen Fredly ini.

Dimulai dari handmade sasis hardtail, FPG sesuai khasnya memilih ban ukuran kecil. ”Kami pasangkan dengan roda ban depan 21 inci dan belakang 16 inci,” jelas mereka. Dari situ nuansa klasiknya belum begitu kelihatan.

Saat mereka merancang sok depan, estetikanya baru muncul. Desain sok berjuluk girder custom asyik dinikmati. Terinpirasi desain motor balap flat track atau board track era 30 atau 40-an. Jarak antara roda depan dan T bawah jadi dekat dan motor semakin padat.


WARNA DIBUAT COOL

Ke belakang, mereka tak menyimpang dari konsep. Tangki custom dibuat mengecil ke belakang diteruskan jok single sitter simpel dan sepatbor pendek agar sektor pantat semakin nongol. Pemanis fender struts juga klasik abis, dibuat mengikuti kontur sepatbor dengan variasi lubang-lubang. Pas!

Pamungkas, FPG berkolaborasi dengan Fahmi dari Free Flow dan Mr. Pur di urusan kelir. Simplisitasnya tetap terjaga dengan variasi sedikit di tangki, skill pin strip sebagai aksentuasi dari kesederhanaan desain yang ada.(motorplus-online.com)
Penulis : Isf@n | Editor : Nurfil | Foto : Rumi




Selain itu mereka juga punya sentuhan individual. Suka sekali memilih part tambahan dari barang junk yard terutama komponen mobil kuno.

Dari pertimbangan itulah, Bro Hartoko asal Surabaya melirik FPG. ”Kami share padanya motor balap era 30-an namum mewah dan cocok dipakai di jalanan!” cerita cowok doyan pakai topi ala Glen Fredly ini.

Dimulai dari handmade sasis hardtail, FPG sesuai khasnya memilih ban ukuran kecil. ”Kami pasangkan dengan roda ban depan 21 inci dan belakang 16 inci,” jelas mereka. Dari situ nuansa klasiknya belum begitu kelihatan.

Saat mereka merancang sok depan, estetikanya baru muncul. Desain sok berjuluk girder custom asyik dinikmati. Terinpirasi desain motor balap flat track atau board track era 30 atau 40-an. Jarak antara roda depan dan T bawah jadi dekat dan motor semakin padat.


WARNA DIBUAT COOL

Ke belakang, mereka tak menyimpang dari konsep. Tangki custom dibuat mengecil ke belakang diteruskan jok single sitter simpel dan sepatbor pendek agar sektor pantat semakin nongol. Pemanis fender struts juga klasik abis, dibuat mengikuti kontur sepatbor dengan variasi lubang-lubang. Pas!

Pamungkas, FPG berkolaborasi dengan Fahmi dari Free Flow dan Mr. Pur di urusan kelir. Simplisitasnya tetap terjaga dengan variasi sedikit di tangki, skill pin strip sebagai aksentuasi dari kesederhanaan desain yang ada.(motorplus-online.com)
Penulis : Isf@n | Editor : Nurfil | Foto : Rumi

MODIF JUPITER

NG DIESEL

Pemakaian piston gede tentunya harus diikuti penggantian boring. Supaya kuat, Ko An menggunakan boring untuk mesin diesel. Harap maklum, harganya mahal.

Boring asli Byson diselimuti aluminium yang menyatu dengan blok. Begitu dipasangi boring diesel, liner aluminium asli Byson juga masih.

Kondisi itu masih menguntungkan, selain mudah melepas panas juga masih bisa masuk ke dalam lubang crankcase standar. Diameter luar boring 73 mm, sedang diameter lubang crankcase 76 mm.

Degan begitu sebenarnya bisa juga menggunakan piston milik Scorpio 70 mm. Diameter luar boring dibikin 75 mm. Tebal boring masih ada 2,5 mm. Namun harus main bos di pen piston karena punya Tiger 15 mm sedang Scorpio 16 mm. Terakhir, Ko An mewanti harus ganti knalpot. Kalo mau ganti karbu sekalian.(motorplus-online.com)
Penulis : Aong | Editor : Nurfil | Foto : Yudi

Menemani permainan putaran bawah yang diterapkan, Agus pun coba memaksimalkan lewat ubahan di sektor pengapian. Mengandalkan magnet Yamaha YZ125, magnet dibuat model basah.

Sebagai otak pengapian dipakai CDI Rextor Monster. Tapi, timing dibuat tidak terlalu tinggi. Tertingi diseting 36º di 9.000 rpm dengan pulser 15º sebelum Titik Mati Atas (TMA). Begitunya limiter di CDI bercasing merah ini dipatok di 14.000 rpm.

Karburator Mikuni TM 24 mm juga diandalkan buat dongkrak putaran bawah. Kombinasi main-jet 130 dan pilot-jet 25 membuat kebutuhan jadi terpenuhi. “Dari merek yang lain, karburator ini lebih spontan buat dukung akselerasi putaran bawah,” aku tunner kelahiran Klaten, Jawa Tengah ini.

DATA MODIFIKASI
Ban : Corsa 90/80-17
Disk brake : Daytona
Sok belakang : YSS
Gas spontan : Daytona
Knalpot : SN

BURENG DIESEL

NG DIESEL

Pemakaian piston gede tentunya harus diikuti penggantian boring. Supaya kuat, Ko An menggunakan boring untuk mesin diesel. Harap maklum, harganya mahal.

Boring asli Byson diselimuti aluminium yang menyatu dengan blok. Begitu dipasangi boring diesel, liner aluminium asli Byson juga masih.

Kondisi itu masih menguntungkan, selain mudah melepas panas juga masih bisa masuk ke dalam lubang crankcase standar. Diameter luar boring 73 mm, sedang diameter lubang crankcase 76 mm.

Degan begitu sebenarnya bisa juga menggunakan piston milik Scorpio 70 mm. Diameter luar boring dibikin 75 mm. Tebal boring masih ada 2,5 mm. Namun harus main bos di pen piston karena punya Tiger 15 mm sedang Scorpio 16 mm. Terakhir, Ko An mewanti harus ganti knalpot. Kalo mau ganti karbu sekalian.(motorplus-online.com)
Penulis : Aong | Editor : Nurfil | Foto : Yudi

PISTON BORE UP

Ada cara mudah untuk mendongkrak power Yamaha Byson. Cukup main bore up, kapasitas silinder bengkak dipastikan bakal bikin tenaga mesin juga meningkat drastis.

Biaya yang dikeluarkan juga tidak banyak. Kurang dari sejuta sudah pasti ngacir. Namun untuk dongkrak volume silinder Byson harus menentukan dulu piston yang digunakan.

Mari bertanya pada Ko An alias Andy Mulky dari Cahaya Logam Motor. Mekanik dari Bates, Kreo, Ciledug, Tangerang itu pernah bore up Byson milik Arief Rahmanto dari Tigaraksa, Tangerang.

Menurut Ko An, piston bisa menggunakan milik Honda Tiger atau Scorpio. Kalau untuk harian cukup pakai milik Tiger. Versi aftermarket seperti buatan NPP dijual Rp 132.300. Atau menggunakan piston GL-Pro Neo Tech yang jenong. Namun jenongnya juga harus dipapas malah mubajir. Harganya Rp 137.400.

Harga segitu untuk piston ukuran standar sampai oversize 200. Lebih dari itu sampai oversize 300 dijual Rp 202.000. Dijual satu set termasuk piston, ring, pin dan klip.

Selain lebih murah, “Menggunakan piston Tiger atau GL-Pro Neo menguntungkan. Karena pen piston sama dengan milik Byson. Yaitu 15 mm,” jelas Ko An.

Namun menggunakan piston Tiger lebih tinggi 1mm. Untuk itu, kepala piston harus dipotong (gbr. 1). Supaya tidak nyundul dan tidak nabrak klep.

Kepala piston bagian samping dipotong 0,5 mm. “Sementara untuk bagian tengah, dibikin rada jenong agar kompresi lebih tinggi. Dome piston jadi seperti milik GL Pro Neo Tech,” jelas mekanik beruban yang jago karburator itu.

Selain itu, di kepala piston juga harus dibuatkan coakan. Posisinya disesuaikan letak klep di kepala silinder. Coakan ini dimaksudkan untuk laluan klep agar tidak membentur seher (gbr. 2).

Ko An pakai piston Tiger oversize 200. Diameternya 65,5 mm. Dipadu stroke standar milik Byson yang 57,9 mm. Hasilnya silinder 195 cc. Namun menggunakan piston Tiger, yang perlu diingat pantat piston (gbr. 3). Kudu dipapas 1 mm , khawatir mentok kruk as.

Akibat pemakaian piston gede ini, ruang bakar juga harus dibenahi. Dibuatkan squish mengikuti besarnya diameter piston baru (gbr. 4). Bentuk squish berupa nat seperti di Tiger standar.
DAFTAR HARGA
1. Piston kit NPP Rp 132.300
2. Boring diesel Rp 350.000
3. Pasang boring Rp 180.000
4. Papas seher Rp 60.000
5. Paking Rp 10.000
6. Squish Rp 50.000
7. Pilot-jet Rp 30.000
Total Rp 812.000

BORING DIESEL

Pemakaian piston gede tentunya harus diikuti penggantian boring. Supaya kuat, Ko An menggunakan boring untuk mesin diesel. Harap maklum, harganya mahal.

Boring asli Byson diselimuti aluminium yang menyatu dengan blok. Begitu dipasangi boring diesel, liner aluminium asli Byson juga masih.

Kondisi itu masih menguntungkan, selain mudah melepas panas juga masih bisa masuk ke dalam lubang crankcase standar. Diameter luar boring 73 mm, sedang diameter lubang crankcase 76 mm.

Degan begitu sebenarnya bisa juga menggunakan piston milik Scorpio 70 mm. Diameter luar boring dibikin 75 mm. Tebal boring masih ada 2,5 mm. Namun harus main bos di pen piston karena punya Tiger 15 mm sedang Scorpio 16 mm. Terakhir, Ko An mewanti harus ganti knalpot. Kalo mau ganti karbu sekalian.(motorplus-online.com)

TIPS KELISTRIKAN

uari 2011 09:22 WIB
Tips Kelistrikan
Cek Kelistrikan Kalau Lampu Mulai Redup

Masalah di lampu motor cuma dua. Cahayanya tiba-tiba terang lalu mati. Atau kualitas cahaya lampu turun dan sinar jadi enggak fokus. Kondisi ini yang memaksa komponen kelistrikan harus segera dicek dan diganti bila perlu.

Namun memperbaikinya tidak boleh asal tunjuk. Ada cara biar ringkas dan tidak nyebar ke komponen lain. “Selain lebih mudah, waktu kerjanya juga cepat. Karena persoalan sudah lebih dulu diketahui,” papar Mustain, kepala instruktur kursus mekanik Hartomo Mechanical Training Centre (HMTC) Jakarta.

Contoh bila cahanya lampu utama Yamaha Jupiter-Z turun tanpa sebab. Saran Mustain, pertama dicek soket kabel pada fiting lampu dan terminal takut ada yang korslet. Kalau baik, lanjut ke sumber cahaya yaitu sepul. Karena lampu utama bebek umumnya pakai arus AC (bolik-balik) dari sepul.

“Selain korslet, kualitas sepul sudah turun juga bisa jadi biang keladinya. Sebab usia pakai bisa berpengaruh. Makanya coba cek pakai voltmeter. Jika tegangan di bawah 12 volt, artinya sepul lemah dan bikin lampu redup atau aki tekor,” imbuh pria yang praktik di Jl. Sawo Raya No. 9A, Rawamangun, Jakarta Timur.

Sebaliknya jika lampu utama mendadak terang dan bohlam jadi gampang putus. Persoalan macam ini umumnya disebabkan regulator atau rectifier sudah rusak. Tegangan sepul tak bisa diregulasi untuk mengatur cahaya lampu dan pengisin ke aki. Makanya bohlam gampang putus atau aki gampang tekor.

Untuk memastikan kondisi kiprok apakah masih baik atau tidak, kita juga bisa mengeceknya dengan avometer. Adapun yang diukur dengan alat ini adalah tahanan pada komponen di dalam kiprok.

“Idealnya tahanan kiprok berkisar antara 0,24 sampai 0,36 ohm atau bisa sampai 0,40 ohm. Tapi, kalau di bawah angka tersebut artinya kiprok sudah lemah,” lanjut Mustain yang bisa ditelepon di nomor (021) 4891176.

Biar gampang, prosedur pengecekan bisa dilakukan lewat kabel lampu utama atau bisa juga dari kiproknya sekaligus.

Sip. (motorplus-online.com)
Penulis : KR15 | Editor : Nurfil | Foto